Home » Blog » Generasi Muda Terdidik Terlatih Solusi Pembangunan Pertanian

Generasi Muda Terdidik Terlatih Solusi Pembangunan Pertanian

Satu cara mewujudkan sumber daya manusia (SDM) pertanian yang andal dan profesional adalah memperkuat pendidikan pertanian yang kredibel melalui penyiapan generasi muda terdidik, terlatih, kompeten unggul dalam agrosociopreneur. Termasuk di antaranya, mengembangkan kelembagaan pendidikan pertanian sesuai standar vokasional pertanian, serta memperbanyak jejaring kerja sama dengan dunia usaha dan industri, serta pemangku kepentingan lainnya. Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) Idha Widi Arsanti dalam acara Rapat Koordinasi Teknis (Rakortek) Vokasional Pendidikan Pertanian 2019 di Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/1) menyatakan bahwa di masa mendatang, SDM yang akan semakin terdidik dan terlatih menjadi penting untuk pembangunan pertanian yang kian dinamis.

Menurut Idha, pengembangan pendidikan pertanian yang sesuai standar vokasional pertanian dilakukan untuk menarik minat generasi muda agar mau kembali ke sektor pertanian. Dengan begitu, generasi muda akan lebih mengetahui dan melihat langsung peluang bisnis pertanian yang sangat produktif. “Transformasi dari STPP [Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian] dan SMK-PP [Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan] menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian (polbangtan) tidak sekadar berganti nama. Tapi harus dikuti dan bisa menjawab kebutuhan dunia usaha dan industri pertanian,” kata Idha. Berbekal itu pula polbangtan akan diarahkan menuju go internasional, agar juga mampu menjawab tantangan kebutuhan luar negeri. Mulai dari sistem pembelajaran, komunikasi, kurikulum, hingga fasilitas, yang semuanya berstandar internasional.

Idha mengutip Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang menegaskan bahwa lulusan polbangtan tak hanya pandai dan terampil, tetapi juga harus bisa berperilaku positif. Solusinya, polbangtan akan bekerja sama dengan Akademi Militer (Akmil) TNI Angkatan Darat untuk membantu mengarahkan kedisiplinan sehingga nantinya mahasiswa bisa menjadi generasi penerus sektor pertanian yang patut diandalkan. Dalam penerapannya, sistem pendidikan polbangtan juga mengarah pada pola Teaching Factory (Tefa): mahasiswa tidak lagi melulu diberikan pembekalan bersifat teoritis, tetapi 70 persen praktis. Tujuannya jelas, agar dunia industri dan usaha bisa “menangkap” semua lulusan polbangtan.

Walau demikian, tentu Kementerian Pertanian tak bisa berjalan sendiri mengembangkan vokasional pertanian di Tanah Air. “Perlu menjalin kerja sama dengan universitas, perusahaan swasta, maupun BUMN [badan usaha milik negara],” ujar Idha.

Saat ini Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) telah membentuk enam polbangtan, dan sedianya akan menjadi 10 polbangtan pada 2019 ini. Satu polbangtan yang disiapkan bertaraf internasional adalah Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI).(Tiara dan Bayu/AGN)