Home » Blog » Terpilih dalam Project Korean Smart Farming, Polbangtan Kementan Tunjukkan Prestasi

Terpilih dalam Project Korean Smart Farming, Polbangtan Kementan Tunjukkan Prestasi

BOGOR – Kementerian Pertanian (Kementan), melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), menjalin kerjasama dengan pemerintah Korea Selatan untuk mengembangkan budidaya Smart Green House melalui teknologi Korea.

Jalinan kerjasama ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, yang menyatakan sektor pertanian harus didorong menjadi subsektor ekonomis yang maju, mandiri dan modern.

“Setiap inovasi yang dihasilkan merupakan potensi masa depan untuk membuka lapangan pekerjaan. Berharap hasil penelitian dan rekayasa teknologi dapat diadopsi pada sektor pertanian dan sektor industri serta dapat dimanfaatkan untuk mendukung Program Strategis Kementan,” ujar Mentan SYL.

Tak hanya jalinan kerjasama, hal tersebut harus didukung oleh kapasitas SDM Pertanian yang professional, mandiri dan berdaya saing.

Mentan SYL optimistis kaum milenial yang inovatif dan memiliki gagasan yang kreatif akan mampu mengawal pembangunan pertanian yang maju, mandiri, modern.

Di sisi lain, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi juga menegaskan pertanian di era modern tidak bisa terlepas dari penerapan teknologi.

“Tunjukan bahwa BPPSDMP dapat menjadi pionir untuk peningkatan kapasitas penyuluh dan petani. Kita harus bekerja keras, cepat, cermat dan akurat. Tinggalkan cara-cara lama dan gunakan cara-cara baru berbasis internet of things,” katanya.

Program ini diikuti oleh 3 negara ASEAN, yaitu Indonesia, Vietnam, dan Kamboja. Di Indonesia sendiri, terpilih 2 UPT yang akan dijadikan lokasi project, yaitu Balai Besar Penyuluhan Pertanian (BBPP) Ketindan dan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor.

Untuk menyamakan persepsi, ketiga negara peserta mengikuti workshop yang diadakan oleh pemerintah Korea Selatan. Korea Agency of Education, Promotion and Information Service (EPIS) In Food, Agriculture, Forestry, And Fisheries selama 4 (empat) hari secara daring.

Tidak hanya berisi materi, workshop yang setiap hari mendatangkan ahli pangan dan peneliti dari Korea Selatan dan FAO ini juga memberikan reward kepada kelompok dengan Action Plan terbaik yang dipresentasikan oleh masing-masing ketua kelompok.

Kandidat dari Kementan menunjukkan prestasi gemilang. Tidak tanggung-tanggung. Indonesia menyabet 2 penghargaan pada ajang bergengsi pemerintah negeri ginseng itu.
Tim Polbangtan Bogor, yang diketuai oleh Annisa Nur Ichniarsyah ini masuk kedalam 4 kelompok terbaik. Tim yang terdiri dari Dosen setiap prodi dan pegawai ini pun bangga.

Annisa Nur Ichniarsyah, koordinator tim, mengungkapkan rasa bangga dan perjuangan seluruh tim selama proses workshop berlangsung.

“Alhamdulillah, kami bangga dengan hasil yang diraih tersebut. Karena hal ini berkat kerjasama antar anggota tim. Tiap anggota telah bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing dan telah memberikan kontribusi dalam penyusunan country plan,” ujarnya.

Dosen Prodi Teknologi Mekanisasi Pertanian ini juga mengatakan bahwa Smart farming bukanlah semata hanya soal bangunan pertanian yang canggih namun juga ekosistem yang menyeluruh sehingga tercapai tujuan pembangunan pertanian modern.

“Meningkatnya kemampuan semua anggota tim dalam mengelola SGH dengan tepat karena lewat workshop kemarin, banyak ilmu-ilmu baru yang didapat terutama terkait membangun smart faming yang komprehensif dan terintegrasi,” pungkasnya.

Annisa menambahkan, bersaing dengan kandidat negara lain menjadi tantangan tersendiri.

“Yang pasti, berharap supaya maksud dan tujuan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para juri apalagi karena presentasi dilakukan secara daring.

Peserta dari negara-negara lain telah melakukan presentasi dengan baik dan hal tersebut menjadi tekanan tersendiri bagi tim kami,” imbuhnya.

Smart Farm di Korea telah terbukti berhasil dan produksinya meningkat setiap tahun. Pada 2019–2020, tecatat sekitar 7.000 ha total wilayah pertanian di negara dengan 4 musim tersebut.

Wakil dari Korea Agency of EPIS, Mr. Sanghun Lee mengatakan bahwa produk pertanian yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik.

“Produk-produk pertanian cerdas memiliki penampilan yang lebih baik, warna yang lebih seragam, dan rasanya lebih enak. Konsep proyek pertanian cerdas produksi untuk sertifikat GAP, dan pertanian organik di tanah,” ujarnya.