Home » Blog » Kurikulum Peternakan Diselaraskan buat Penyerapan Dunia Kerja

Kurikulum Peternakan Diselaraskan buat Penyerapan Dunia Kerja

Peningkatan kompetensi lulusan politeknik pembangunan pertanian (polbangtan) yang langsung diserap di dunia kerja adalah target utama Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) Kementerian Pertanian. Langkah strategis untuk mewujudkannya adalah bekerja sama dengan sejumlah institusi melalui penandatanganan Nota Kesepahaman. Satu cakupan yang termaktub dalam Memorandum of Understanding (MoU) tersebut adalah pengembangan kurikulum polbangtan, yang sesuai dengan ‘kebutuhan pasar’. Pembahasan penyelarasan kurikulum bidang peternakan yang dihadiri tim penyusun kurikulum bidang peternakan dari Polbangtan Bogor, Polbangtan Yogyakarta – Magelang, dan Polbangtan Malang ini digelar di sebuah hotel di Malang, Jawa Timur, menjelang akhir Februari 2019.

Menurut Direktur Polbangtan Malang Bambang Sudarmanto di sesi sambutan pembukaan pertemuan, wilayah Malang tepat dijadikan lokasi penyusunan pengembangan kurikulum bidang peternakan, khususnya sapi perah. Pasalnya jelas, 65 persen—dan terus meningkat—produk susu di Indonesia berada di wilayah Jawa Timur. Sementara, produksi wilayah pemasok susu di Jawa Tengah seperti Banyumas dan Boyolali, serta Pengalengan di Jawa Barat mulai menurun. Fokus produksi industri ternak di wilayah itu bergeser ke sapi potong.

“Di forum ini diharapkan, tim penyusun kurikulum bidang peternakan dapat menyisipkan pokok bahasan sapi perah di dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS), seperti yang dibutuhkan PT Nestle dan PT Indolakto [mitra MoU Pusdiktan],” ujar Bambang. Dengan begitu, dia menambahkan, polbangtan bakal mampu menyiapkan lulusan siap pakai di dunia usaha dan dunia industri.

Kepala Bidang Penyelenggaraan Pendidikan Pusdiktan Ismaya Parawansa sepakat dengan Bambang. Namun dia menggarisbawahi, setiap tahunnya mahasiswa polbangtan harus memiliki satu jenis kompetensi yang dikuasai. Sehingga memiliki kompetensi utuh yang mencerminkan profil lulusan pada masing-masing program studi setelah lulus.

Dalam momentum perumusan kurikulum yang berlangsung selama tiga hari itu, tim diminta mencermati mata kuliah yang dapat diubah atau ditambahkan untuk mengakomodir kebutuhan perusahaan. Tentunya, tanpa harus mengabaikan ketentuan penetapan satuan kredit semester (SKS) yang ditetapkan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Khusus soal kebutuhan PT Nestle dan Indolakto, para perumus kurikulum didaulat merangkum substansi kebutuhan kedua perusahaan sebagai penyedia sarana magang dan penyedia lapangan kerja. Pada saat yang sama, hasilnya akan disandingkan dengan yang telah dimiliki polbangtan untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja.(Lena Puspa Aswara/EPN)