Home » Blog » Dari Program Hibah Kementan, Petani Milenial asal Pacitan Raup Manisnya Untung dari Gula Aren

Dari Program Hibah Kementan, Petani Milenial asal Pacitan Raup Manisnya Untung dari Gula Aren

JAKARTA – Pandemi covid 19 yang menghantam dunia selama 2 (dua) tahun ini membawa dampak positif pada gaya hidup masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia. Kesadaran akan pentingnya kesehatan mengubah pola fikir masyarakat untuk mengutamakan sehat dengan rajin berolah raga, istirahat cukup dan yang paling utama adalah mengkonsumsi pangan lokal.

Salah satu yang banyak diburu saat ini adalah gula aren. Pemanis tradisional yang terbuat dari nira pohon aren, dengan warna cenderung kecokelatan dengan aroma khas ini memiliki rasa lebih manis dibandingkan dengan gula lainnya.

Adalah Mega, demikian ia biasa disapa, perempuan asal Desa Temon Arjosari Pacitan ini berhasil mengolah dan mengemas gula aren menjadi komoditi yang mampu menembus pasar dalam negeri hingga Turki sebagai salah satu tujuan ekspornya.

Berawal dari efek pandemi, usaha ini dijalani karena dipaksa keadaan. Mega dan suaminya dulu adalah seorang perantau di Pulau Kalimantan, kemudian pulang ke Pacitan. Namun, karena pandemi Mega terganjal syarat-syarat administrasi ditambah biaya tiket yang makin mahal. Akhirnya Mega memutuskan menetap di Pacitan.Melihat potensi aren yang melimpah di kabupaten Pacitan mendorong mega untuk kembali mengembangkan usaha yang telah banyak dikelola oleh masyarakat.

Gusti Ayu Ngurah Megawati, demikian nama lengkap sosok millennial yang ramah ini merupakan salah satu penerima manfaat program Youth Enterpreneur and Employment Support Services (YESS) yang merupakan program kerjasama Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD) yang fokus pada pemberdayaan pemuda pedesaan untuk menjadi petani serta wirausaha muda pertanian. Tak hanya itu, srikandi asal pacitan ini juga menjadi salah satu Duta Petani Milenial (DPM) Kementan RI.

Kementan memang terus mencetak petani-petani muda atau milenial. Anak-anak muda inilah yang diharapkan mampu melaksanakan pertanian modern yang merupakan kunci peningkatan produktivitas.

“Harapannya melalui petani-petani milenial itu akan muncul inovasi-inovasi yang mendorong pertanian modern” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, menyatakan jajarannya siap mewujudkan apa yang menjadi amanat dari Menteri Pertanian.

“Kami gerakkan ribuan petani milenial di banyak daerah melalui balai pelatihan pertanian serta politeknik pembangunan pertanian dengan harapan akan cepat muncul kader-kader petani muda inovatif, terampil, jago memasarkan dan berwawasan digital,” tegas Dedi.

Perihal gula aren, Dedi Nursyamsi mengatakan Kementan akan terus mendorong pengembangan gula kelapa dan gula aren.
“Sebenarnya jangan terlalu banyak mengandalkan gula tebu. Jadikan peluang untuk mengembangkan gula kelapa. Pohon kelapa kita kan banyak tersebar. Kurangi impor gula, beralih ke gula aren dan kelapa yang memiliki potensi luar biasa dan juga lebih sehat. Peluang ini kiranya harus dimanfaatkan oleh petani serta wirausaha milenial kita. Ini merupakan peluang pasar yang akan menghasilkan cuan”, ujarnya.

Ditemui di lokasi usahanya, Mega pun memaparkan awal mula ia memulai usaha yang telah berkembang pesat meski belum genap 2 tahun ini.
“Satu dusun itu banyak pohon aren, muncul ide, gula aren yang biasanya dijual di pasar tradisional kenapa nggak kita diversifikasi produk, dikemas cantik dan diberi label. ebanyakan pesanan produksi gula aren kami malah dari luar Pacitan karena kami aktif jual di olshop,” jelasnya.

Untuk memperluas usahanya ia membentuk kelompok. Dukungan pemerintah Kabupaten dan Kementandirasakannya sangat membantu di dalam memberikan fasilitas kemudahan perijinan dan edukasi sampai ia mampu membentuk usahanya sendiri CV Temon Agro Lestari.
“Dan yang surprise itu saat kami terpilih menjadi penerima manfaat kompetitif program YESS dari Kementan yang membuat usahanya semakin moncer,” ucapnya.
Mega bersyukur mendapatkan hibah kompetitif program YESS di tahun 2021 dimana modal hibah itu Ia belanjakan untuk pembelian alat produksi dan alat pendukung pemasaran guna pengembangan kapasitas dan jenis produksi gula arennya.

“Beberapa pengadaan alat produksi telah direalisasikan sejak akhir tahun 2021 , yang sebelumnya pembuatan Gula aren semut secara manual saat ini mulai diproduksi secara massal menggunakan alat produksi kekinian. Program YESS jelas sangat membantu untuk peningkatan kapasitan dan kwalitas produk gula aren Temon. Beberapa produk varian Gula aren Temon mulai dilirik oleh pasar luar negeri dan saat ini untuk rumah produksi gula aren Temon lebih fokus ke peningkatan legalitas salah satunya ikut serta dalam program SNI dan BPOM MD. Alhamdulillah kini gula aren temon sudah terlabeli halal loh”, papar Mega bangga.

Yang menarik, Mega tidak melulu fokus pada penjualan produk jadi gula aren tetapi Ia bersama kelompok taninya juga melestarikan pohon – pohon aren dari kelompoknya. “Pohon-pohon aren inilah yang memberikan kami dan kelompok mata percaharian sehingga kami mampu mencetak banyak produk berbasis gula aren. Maka wajib hukumnya kami pelihara dan lestarikan,” tegas Mega.

Ketika ditanya omsetnya kini, Mega menjelaskan kenaikan omset setelah menerima Hibah kompetitif sebesar 40%, dengan membuka beberapa link pemasaran kedepannya diharapkan dapat merangkak naik dan bisa memberdayakan petani aren se Kabupaten Pacitan. “Alhamdulillah kini kami sudah masuk ke pasar retail dan bersiap untuk memenuhi permintaaan mini cube dari Turki”, tambah Mega.

Tak lekas merasa puas, tetapi Mega telah menikmati manisnya untung dari mengolah gula aren. “Tak hanya manis rasanya, bila diolah dengan baik gula aren ini pun dapat membuat hidup kita lebih manis dengan segudang manfaatnya serta peluang pasar yang menghasilkan cuan”, tutup Mega dengan senyumnya.